MENGEVALUASI PENGARUH FILSAFAT YUNANI DALAM GEREJA

MENGEVALUASI PENGARUH FILSAFAT YUNANI DALAM GEREJA

Oleh : Joiman Berkat Waruwu, M.Th

STT BETHESDA BEKASI

Dalam dunia kuno, ada dua pemikiran kuat yang menguasai dunia, yaitu pemikiran Ibrani dan pemikiran Yunani. Yang menarik adalah pemikiran Yunani lahir tetap pada saat Allah tidak berfirman kepada Israel selama 400 tahun, sampai nanti lahirnya Yesus Kristus. Seakan-akan kekosongan firman Allah itu digantikan oleh munculnya filsafat dunia kuno.

Mengapa saya mengangkat isu ini? Ada beberapa alasan. Baik Socrates, Plato maupun Aristoteles mempengaruhi peradaban manusia melalui sistem pendidikan yang menekankan proses ‘berpikir’. Alkitab berkata dalam Amsal 23:7, “Sebab seperti orang berpikir dalam jiwanya, demikianlah ia.” (ILT). Pola berpikir mempengaruhi karakter dan gaya hidup secara personal dan komunal.

Pengaruh kuat filsafat di dunia dapat terlihat dalam beberapa bidang :

  1. Bidang Arsitektur, contoh paling nyata bentuk-bentuk istana kepresidenan.
  2. Dalam bidang pemerintahan memperkenalkan sistem demokrasi.
  3. Dalam bidang olahraga memperkenalkan olimpiade. Olahraga menjadi obsesi layaknya agama, Pemaksimalan fisi, menampilkan tubuh manusia, olahraga dgn telanjang.

Sifat pemikiran Yunani pada dasarnya mengutamakan debat (Logika – Akal dan Ideal – Ide). Logika, etika dan nilai untuk membuat manusia yang buruk menjadi manusia yang baik (ideal). Pemikiran Yunani menjunjung tinggi waktu santai (leisure), hiburan, pertunjukan drama, diskusi dan debat.

Dalam memandang kerja, dua pemikiran kuno ini juga sangat berbeda. Dalam pemikiran Yunani, puncak hidup manusia adalah waktu santai (leisure), menjunjung tinggi liburan (holiday), kerja kasar itu buruk atau rendah, meninggikan pekerja intelektual, memandang pekerjaan fisik hanya untuk budak dan pada dunia Yunani kuno dua pertiga populasinya adalah imigran atau budak yang diperuntukkan untuk pekerjaan fisik. Sementara dalam pemikiran Ibrani, puncak hidup manusia adalah bekerja dan beribadah, menjunjung tinggi hari Sabat (holy day), bekerja kasar itu sacral, memandang semua jenis pekerjaan itu mulia dan kalau melihat sejarah Israel sebagian besar pelayan Tuhan berasal dari pekerja kasar seperti nelayan, gembala, tukang kayu, dan sebagainya.

Mengevaluasi Pemikiran Para Filsuf Yunani dari Perspektif Ibrani

1Socrates

Dalam filsafat Socrates, segala hal yang bersifat spiritual itu sedangkan hal material itu buruk atau jahat.Dan kedua entitas ini terpisah secara total. Sementara dalam perspektif Ibrani, semua ciptaan itu baik adanya, tidak ada pemisahan total antara spiritual dan material/fisik.

Dalam pemikiran Socrates, jiwa dan tubuh itu terpisah, hal sakral dan sekuler itu terpisah, dan hal natural dan supranatural itu terpisah total. Sementara dalam pemikiran Ibrani, idak ada pemisahan tubuh dan jiwa, manusia adalah makhluk utuh, satu-satunya yang sekuler adalah dosa, semua yang lain adalah sakral, pembedaan ciptaan dan Pencipta bukan natural dan supranatural. Karna pemikiran bahwa jiwa dan tubuh itu terpisah total, maka ketika Socrate dihukum mati dengan minum racun, ia mengatakan begini, “Jiwaku kini terbebas dari penjara tubuhku.”

Dalam pemikiran Yunani, kematian itu harus diinginkan dan dirindukan. Sementara dalam pemikiran Ibrani, kematian itu tidak natural sejak penciptaan, kematian itu adalah hukuman, maut adalah musuh terkahir yang harus dikalahkan.

Ada beberapa masalah penting dalam filsafat dualisme ini :

  • Spiritual itu baik, fisikal itu jahat.
  • Jiwa adalah sumber kebaikan, tubuh adalah sumber kejahatan.
  • Tuhan itu baik, namun ia terpisah dari dunia fisik.
  • Maka di antara Tuhan dan dunia fisik, harus ada seorang ‘Demi-God’ (Setengah-Tuhan) sebagai agen Tuhan di dunia fisik

2. Aristoteles

Aristoteles dapat disebut sebagai Bapa Penemu Hukum Logika. Ia mengatakan, “Semesta fisikal tidak dicipta namun ada dengan sendirinya. Ia mengatur dirinya sendiri.” Secara tidak langsung, ia dapat dikatakan berkontribusi dalam teori evolusi dan humanisme sekuler. Filsafatnya mempengaruhi sebagian bapa gereja yang non-Yahudi.

Pengaruh Pemikiran Yunani Terhadap Orang Yahudi

Pertemuan pertama pemikiran Ibrani dengan Yunani :
Penyerangan Yerusalem oleh Antiokhus Epifane pada tahun 168 SM. Invasi ini berlangsung selama 3,5 tahun. Ia membangun arena olahraga dan patung Dewa Zeus di Bait Allah Yahudi. Ia juga membuat korban babi di altar. Hasil dari pertemuan dua pemikiran ini adalah melahirkan kelompok yang disebut kelompok Saduki. Ini adalah beberapa doktrin kelompok Saduki yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani :

  • Tidak percaya kebangkitan orang mati.
  • Tidak percaya adanya malaikat.
  • Tidak percaya pada Roh Kudus
  • Kompromi pada penguasa demi posisi dan keuntungan.
  • Hanas dan Kayafas adalah Saduki.

Pertemuan kedua pemikiran Ibrani dengan Yunani adalah di
Kota Alexandria di Mesir. Dimana banyak orang Yahudi diaspora belajar disini. Kemudian, orang Kristen yang berada di kota itu.

Pengaruh pemikiran Yunani terhadap orang Yahudi :

  • Di Aleksandria, pemikiran Yunani dan Ibrani bertemu.
  • Menghasilkan Septuaginta, Perjanjian Lama yang diterjemahkan oleh para pemikir Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
  • Melalui ini, kitab-kitab Apokrifa dimasukkan dalam PL.
  • Filsuf Yahudi, Philo, dipengaruhi pemikiran Yunani mengajukan demi-god ke dalam pemikiran Ibrani. Ia menamakannya “Logos”.
  • Ia tidak menjelaskan siapa/apa ‘logos’ itu.
  • Pengenalan metode penafsiran Alegori terhadap Alkitab.
  • Harus mencari makna tersembunyi dari setiap teks.
  • Tidak ada kontrol terhadap penafsiran doctrinal.
  • Menghasilkan ‘eisegesis’.
  • Metode ini dimulai di Aleksandria.
  • Baik Klemens maupun Origenus, keduanya dari Aleksandria, mengadopsi metode penafsiran Alegori.

1. Pengaruh Pemikiran Yunani Terhadap Kekristenan

Pengaruh pemikiran Yunani terhadap kekristenan dapat dilihat dalam pemikiran-pemikiran Augustinus dari Hippo. Augutinus lahir tahun 354, ia menjadi bishop di Kota Hippo, Tunisia. Augustinus adalah satu tokoh paling berpengaruh dalam gereja, baik Katolik maupun Protestan. Augustinus lahir di Ajajair, ke Italia, belajar pemikiran Neo-Platonisme. Di usia muda, pengikut aliran Gnostik Manikeaisme, dengan doktrin dualismenya. Mula-mula ia mengajarkan murni Injil. Namun di akhir pelayanannya, ajarannya sangat kental dengan paham Neo-Platonismenya.

Pandangan Augustinus mengenai tubuh :

  • Dosa Adam ditransmisi secara fisik dan dibawa secara genetik dari orangtua kepada anak melalui reproduksi seksual kepada seluruh umat manusia.
  • Seks dalam pernikahan juga adalah ‘nafsu dunia’.
  • Hidup selibat lebih baik daripada hidup pernikahan. Ini berakibat pada pastor dan biarawati tidak menikah.
  • Bandingkan dengan para rabi Yahudi yang harus menikah dan mengalami cinta pernikahan.

Sementara kalau dievaluasi kembali dari sudut pandang Ibrani dan Alkitab secara keseluruhan, inilah hasilnya :

  • Tubuh adalah bait Allah.
  • Kita akan dibangkitkan justru dengan tubuh yang baru kelak.
  • Tubuh dan jiwa adalah sebuah keberadaan yang utuh.
  • Bumi baru akan surga dimana Tuhan akan turun ke dalamnya.
  • Tubuh fisik sejatinya tidak jahat.
  • Seks adalah anugrah Tuhan (Kidung Agung).
  • Namun jangan menjadi budak nafsu.

Pandangan Augustinus mengenai kerja adalah memisahkan antara yang sakral dan sekuler, antara rohaniawan dan awam. Hal ini terbukti sampai tahun 428, tidak ada pembedaan antara baju pelayan Tuhan dengan jemaat, hingga pemikiran Augustinus mempengaruhi gereja dan semuanya berubah.

Pandangan Augustinus mengenai Israel :

  • Israel fisik digantikan oleh ‘Israel rohani’ yaitu gereja.
  • Segera istilah ‘hukum Taurat’ menjadi konotasi negatif.
  • Akhirnya banyak yang salah mengira bahwa hukum kasih karunia dimulai dari PB.
  • Tuhan telah selesai dengan Israel fisik.
  • Dengan metode Alegori, Augustinus menyatakan bahwa narasi tentang Tuhan dan Israel dalam PL adalah sebuah pembelajaran moral saja dan berfungsi seperti sebuah perumpamaan saja.
  • Paham ini kemudian dikenal ‘Replacement Theology’.

Pandangan Augustinus mengenai Eskatologi :

  • Karna Yesus sudah Kembali kepada Bapa di surga maka Ia tidak dapat Kembali ke bumi fisikal yang adalah jahat.
  • Gereja Roma Katolik adalah ‘Kota Allah’ yang akan memerintah seluruh dunia sampai Kristus datang.
  • Menghasilkan paham Amillenialisme.
  • Tahun 431, Augustinus mempengaruhi konsili Efesus untuk menyatakan setiap pengajaran yang mengajarkan adanya Kerajaan Millenium di bumi harus diputuskan sebagai bidat.

Pandangan Augustinus mengenai predestinasi :

  • Tuhan sudah memutuskan dan predeterminasi siapa yang akan selamat.
  • Tidak ada peran manusia agar ia diselamatkan. (Sama halnya Tuhan dalam pemikiran Plato sebagai Tuhan yang statis, membuat keputusan kekal dan tidak berubah pikiran-Nya.)
  • Bandingkan dengan pemikiran Ibrani. Contoh : Pejunan dan tanah liat dalam Yeremia 18
  • Pemikiran Ibrani : Tuhan itu dinamis, dapat dipengaruhi oleh pilihan tindakan manusia. Itu dibuktikan dalam sejarah mereka.

Contoh lain dari pengaruh pemikiran Yunani terhadap kekristenan dapat terlihat dalam pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas. Sementara Augustunius dipengaruhi oleh Plato, Thomas Aquinas dipengaruhi Aristoteles, dengan Teologi Natural yang didasarkan pada logika. Denominasi gereja yang dipengaruhi olehnya tidak menerima penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (contoh bahasa roh) karna dianggap sudah selesai di gereja mula-mula dan lagipula tidak dapat dijelaskan secara logika.

2. Pemikiran Akhir : Perspektif Mesianik Yahudi

Tuhan membangkitkan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan-Nya untuk menyatakan diri-Nya dan jalan-Nya kepada dunia (Kel. 19:5-6). Tuhan menginspirasi para penulis Yahudi terhadap Alkitab (2 Tim. 3:16). Mereka tidak menulis berdasarkan logika mereka seperti yang dilakukan para penulis Yunani. Yesus adalah seorang Yahudi, dengan pemikiran, amsal dan perumpamaan Ibrani.

Dalam perspektif Mesianik Yahudi, Allah yang hidup dan kudus dalam hubungan yang dinamis dengan manusia. Alkitab menyatakan bahwa tindakan kita dan doa kita dapat mempengaruhi Tuhan. Tuhan tidak jauh dan terpisah namun Ia adalah “Immanuel”. Bagi orang Yahudi, Tuhan adalah keselamatan. Bagi Yunani, pengetahuan (gnosis) adalah keselamatan. Yunani percaya pada logika dan pembuktian, Yahudi percaya pada pewahyuan.

Perspektif Mesianik yahudi mengenai tubuh :

  • Yesus adalah sepenuhnya Allah dan sejak kelahiran hingga kebangkitan-Nya, Ia selalu memiliki tubuh manusia.
  • Tuhan mencipta dan berinteraksi dengan dunia fisik.
  • Hidup selibat tidak lebih baik dari pernikahan (1 Kor. 7)
  • Seks diberikan kepada manusia bahkan sebelum dosa masuk dalam dunia.
  • Jubah dan budaya tidak membuat aku bermoral dan kudus.
  • Tuhan membuat manusia kudus.

Perspektif Mesianik Yahudi mengenai kerja :

  • Semua pekerjaan adalah sakral kecuali yang illegal dan immoral.
  • Avodah (Ibrani) – kata yang sama untuk kerja dan ibadah.
  • Semua orang percaya sedang dalam pelayanan baik di tempat kerja maupun di gereja.
  • Jangan memisahkan pelayanan sebagai spiritual dan pekerjaan umum sebagai material.
  • Baik pelayan di gereja maupun pekerja umum sama-sama memerlukan iman untuk hidup.
  • Yang paling penting bukanlah apa pekerjaanmu namun bagaimana kamu bekerja.

Perspektif Mesianik Yahudi mengenai eskatologi :

  • Nubuatan Eskatologi sebagai repetisi, setiap repetisi memberikan informasi tentang penggenapan final.
  • Contoh Matius 24:15 ‘Pembinasa keji di tempat kudus’ sudah digenapi oleh Atiokhus Epifane namun akan direpetisi lagi pada tahun      70 oleh Roma, sebelum penggenapan final di masa depan.
  • Melihat kitab Wahyu sebagai historis, futuris, preteris dan idealis.
  • (Namun pengaruh pemikiran Yunani melalui Augustinus melihat kitab Wahyu hanya dari satu sisi).

Perspektif Mesianik Yahudi mengenai Israel :

  • Israel fisik tidak pernah digantikan oleh gereja, tapi keduanya melebur dalam Missio Dei.
  • Janji kepada Israel : pemulihan Yerusalem, tidak pernah dibatalkan.
  • Yesus secara fisik akan kembali ke bumi dan memerintah, baik di Kerajaan Millenium maupun di Bumi Baru.
  • Teokrasi akan ditegakkan.

Saran dari penulis :

  • Jangan mengabaikan PL sebagai ‘lama’. Pemikiran-pemikiran ibrani yang terkandung dalam Perjanjian Lama adalah berasal dari Allah, bukan hasil filsafat manusia.
  • Kembalilah kepada warisan pemikiran Ibrani.
  • Gali seluruh Alkitab dan belajar dari perspektif Ibrani.
  • Sadari pengaruh pemikiran Yunani dalam doktrin gereja.
  • Terapkan Roma 12:2, “Janganlah menjadi serupa dengan (filsafat) dunia ini tetapi  berubahlah oleh pembaharuan budi (pemikiran) mu.”