PELAYANAN PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Sumber: Foto dari Internet

PELAYANAN PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Penulis: MAHIPAL, M.Pd.K

Dosen STT Paulus Jakarta

 

Sebagian besar orang Kristen berpandangan bahwa bagian yang paling penting dalam liturgi kebaktian Kristen adalah Pemberitaan Firman Allah. Anggapan yang keliru ini mengakibatkan banyak jemaat Kristen tidak lagi memberikan perhatian dan penghargaan yang sepantasnya atau semestinya terhadap bagian yang lain dalam kebaktian-diantaranya terhadap puji-pujian.

Puji-pujian dalam kebaktian mempunyai peranan dan kepentingan khusus yang tidak boleh diabaikan. Dalam pemberitaan Firman Tuhan, Allah yang berbicara kepada kita, tetapi dalam puji-pujian, kita mengagungkan Tuhan dan menyatakan isi hati kepada-Nya. Kita memberikan persembahan buah bibir kepada Tuhan (Ibr.13:15)

Seorang pemberita Firman Allah dipakai Allah untuk menyampaikan Firman-Nya kepada umat, tetapi seorang Pelayan Puji-pujian (Worship Leader), dipakai Roh Kudus membawa umat Allah kehadirat-Nya

PERANAN SEORANG PEMIMPIN PUJI-PUJIAN

  1. Memandu dan Mengarahkan Jemaat ke Hadirat Allah

Suatu keharusan yang tidak dapat ditawar bagi seorang pemimpin puji-pujian adalah bahwa ia harus dipimpin oleh Roh Kudus dalam melaksanakan pelayanannya. Sebab hanya dengan pimpinan Roh Kudus seorang pemimpin puji-pujian mampu menghantar jemaat ke hadirat Allah dan merasakan kehadiran-Nya.

Bila seorang pemimpin puji-pujian dipenuhi dan dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus, maka pelayanannya akan benar-benar bermutu. Jemaat yang dilayaninya akan terdorong untuk menyanyi, memuji dan menyembah Allah dengan kerelaan, ketulusan, dan tidak munafik.

Roh Kuduslah yang menciptakan dan mengalirkan atmosfir penyembahan ke tengah-tengah persekutuan. Oleh sebab itu, seorang pemimpin puji-pujian (WL) tidak diperkenankan “memompa” emosi dan perasaan palsu yang dibuat-buat yang dapat menimbulkan kemunafikan dalam ibadah

  1. Mengajak Jemaat untuk Memuliakan Tuhan

Seorang pemimpin puji-pujian tidak boleh hanya sekedar mengajar jemaat untuk menyanyi bersama, tetapi harus dapat membawa jemaat kepada sikap menyanyi yang sungguh-sungguh memuji, memuja dan menyembah Allah. Dalam hal ini penting sekali pemimpin puji-pujian memiliki sikap memuji dan menyembah yang benar. Sikap pemimpin puji-pujian akan menjadi pola dengan mana jemaat belajar memuji dan menyembah.

Menyembah dalam bahasa Ibrani “shachah”, yang dapat diartikan : menyembah, berbakti, tengkurap atau menelungkup, sujud bertelut dengan dahi menempel di lantai dan tunduk.

Kata Shachah dalam bahasa Yunani sejajar dengan kata “Proskuneo” yang artinya : mencium, seperti seekor anjing mencium (menjilat) tangan tuannya.

Seorang pemimpin puji-pujian tidak boleh puas dengan semangat jiwani yang menggerakkan jemaat melompat-lompat antusias memuji Tuhan, atau mengeluarkan air mata Nampak khusyuk menyembah Allah. Tetapi yang penting adalah sikap hati jemaat yang sungguh-sungguh tunduk kepada Allah, sebagai sikap batiniah yang benar

  1. Mempersiapkan Jemaat Menyambut Firman Tuhan

Harus ditegaskan bahwa keberhasilan seorang pelayan Firman Tuhan juga dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin puji-pujian. Hal ini dapat dimengerti sebab hati yang terjamah oleh Roh Kudus dalam puji-pujian dan hadirat Tuhan pada waktu memuji dan menyembah Allah menjadikannya bagai tanah yang subur guna menerima taburan benih.

Pemimpin puji-pujian dikategorikan berhasil menunaikan pelayanannya kalau ia dapat dipakai oleh Roh Kudus dalam mempersiapkan hati jemaat, sampai hati jemaat bagai tanah yang sudah dibajak dan siap untuk menerima benih yaitu Firman Tuhan.

Inilah indikasi awal yang menunjukkan bahwa memandu dan mengarahkan jemaat ke hadirat Allah dikatakan berhasil

KRITERIA SEORANG PEMIMPIN PUJI-PUJIAN

Ada kriteria yang harus dikenakan bagi seorang yang mengambil bagian dalam pelayanan puji-pujian. Kriteria ini didasarkan pada hidup Tuhan Yesus Kristus (1Yoh.2:6).

Kriteria tersebut antara lain :

  1. Kehidupan Doa

Seorang pemimpin puji-pujian (termasuk singer dan pemusik) haruslah seorang yang memiliki kehidupan doa. Melalui doa inilah seorang pemimpin puji-pujian (Team PW) dapat memilih lagu-lagu yang tepat sesuai dengan suasana kebaktian yang akan dilayani, peka membaca situasi ibadah: apakah mau mengulang lagu, jemaat diajak berdiri atau duduk, bersalaman, dll.

 

  1. Hidup dalam Pujian dan Penyembahan

Bila seorang pemimpin puji-pujian hidup dalam pujian dan penyembahan, maka hal memuji dan menyembah Allah baginya adalah hal yang “biasa” ia lakukan, dengan demikian ia menjadi terlatih. Ia memiliki “kuasa” dalam memuji dan menyembah Allah. Dengan demikian kuasa pujian dan penyembahan akan mengalir  kepada jemaat

 

  1. Kehidupan yang Bersih

Seorang pemimpin puji-pujian haruslah seseorang yang mempunyai kehidupan yang bersih atau hidup suci di hadapan Allah. Kesucian hidup seseorang akan membuahkan kuasa yang melaluinya Allah berkarya (2Tim.2:19-22). Kesucian hidup harus dirajut dan dibangun setiap hari, bukan hanya pada waktu hendak melayani di mimbar. Semakin bersih hidup seorang pemimpin pujian, semakin efektif ia dipakai Tuhan. Kesucian inilah yang menjadikan seseorang peka dan mengerti kehendak Allah.

 

Dalam Mat.5:8 “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena ia akan melihat Allah”. Kata “melihat” di dalam ayat ini teks aslinya menggunakan kata”iopsontai”, yang akar katanya adalah “horao” artinya melihat dengan hati, bukan melihat dengan mata jasmani. Bila kata yang digunakan untuk melihat di situ adalah “blepo” atau “theoreo” maka berarti melihat dengan mata jasmani. Sebaliknya, “Horao” berarti melihat dengan hati atau peka dengan suara Allah

 

  1. Dewasa Rohani

Seorang pemimpin puji-pujian haruslah seorang yang dewasa secara rohani. Kedewasaan rohani tidak diukur dengan kecakapan kita berdiri di mimbar dan melakukan tugas gerejawi. Dewasa rohani diukur dari sejauh mana seseorang telah menyangkal diri, memberi pribadinya dibentuk dan mengalami kuasa Tuhan secara pribadi.

 

Seorang yang mudah tersinggung, egois, tidak mau mengalah, mengharapkan pujian dan sanjungan, materialistis, dll, belum dapat memuji dan menyembah Tuhan dengan benar.

Ukuran kedewasaan rohani memang relatif.

 

Tentu seseorang tidak perlu menunggu menjadi sempurna baru kemudian boleh naik ke mimbar. Tetapi  kalau ia benar-benar memberi diri dibentuk oleh Allah setiap hari, maka Allah akan mempercayainya untuk mengambil bagian dalam pelayanan.

Secara umum, dewasa rohani dapat diukur dan ditandai dalam kehidupannya dipenuhi buah Roh (Gal.5:22-26). Semakin dewasa rohani, semakin bermutulah pelayanannya dibidang ini.

 

  1. Memiliki Talenta di Bidang Pelayanan ini

Harus diterima bahwa setiap kita memiliki talenta yang berbeda. Inilah kebijaksanaan Tuhan dan hikmat-Nya. Dengan demikian setiap orang percaya di dalam ladang pelayanan, harus saling melengkapi dan merupakan “team work” yang bergantung dan berkaitan satu dengan yang lain.

 

Kriteria ini tidak mutlak, sebab bakat musik seseorang relatif  kualitasnya, maksudnya setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyanyi. Tetapi mutlak bagi seorang pemimpin puji-pujian untuk dapat mengerti nada lagu, ketukan, irama dan tidak fals

 

  1. Bebas dari Ikatan-ikatan

Seorang pemimpin puji-pujian harus telah hidup dalam pertobatan yang benar, lahir baru dan dilepaskan dari ikatan-ikatan kuasa gelap. Ikatan-ikatan disini adalah kebiasaan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Firman Allah, dan ikatan-ikatan akibat kuasa kegelapan atau okultisme di masa lalu, harus dilepaskan, karena akan mengurangi “kuasa rohani” yang seharusnya mengalir dalam pelayanan

Sikap hati memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin puji-pujian. Diantaranya adalah :

Percaya dan menyerah kepada pimpinan Roh Kudus, Memimpin dan Menyembah, Rendah hati, Murni dan Tulus, Hubungan batin dengan jemaat, Kepercayaan diri.