UJIAN KESETIAAN

Sumber gambar ilustrasi: pexels.com

WARTANASRANI.COM - Kita pasti sepakat, ketidaksetiaan adalah jawaban dari berbagai kasus perselisihan dan perpecahan yang terjadi dalam keluarga dan gereja. Itulah sebabnya, kesetiaan menjadi sifat yang paling esensi dalam kehidupan kekristenan. Alkitab menyatakan bahwa sifat yang paling diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya (Amsal 19:22).

Tak hanya itu, Tuhan pun menginginkan umat-Nya untuk selalu setia, tidak hanya dalam hubungan dengan sesama tetapi juga dengan Tuhan. “Hendaklah engkau setia sampai mati” (Wahyu 2:10b), “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu. Maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia” (Amsal 3:3-4).

Kesetiaan juga menjadi penentu bagi seseorang untuk menikmati kehidupan yang penuh berkat. “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab yang besar..” (Matius 25:23). Betapa bahagianya bila Tuhan mendapati kita sebagai umat-Nya yang setia.

Tidak dapat disangkal dan harus kita akui bahwa menemukan orang yang setia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sulitnya menemukan orang yang setia ditegaskan Salomo dalam kitab Amsal. “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia siapakah menemukannya?” (Amsal 20:6).

Mengapa sulit menemukan orang yang setia? Bila merenungkan Firman Tuhan dalam  Matius 25:14-30, maka kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan diatas. Kesetiaan menjadi barang langka karena kegagalan umat Tuhan dalam ujian kesetiaan.

Ada tiga ujian kesetiaan. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sebagai umat-Nya kesetiaan kita akan di uji oleh;

Pertama: Tugas dan tanggung jawab (Matius 25:15). Ayat ini menunjukkan bahwa setiap umat Tuhan diserahi tugas dan tanggung jawab sesuai kesanggupannya. Ada empat hal yang membuat umat Tuhan seing gagal dalam ujian yang pertama ini, yaitu; menyalahgunakan tugas dan tanggung jawab, tidak maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, tidak menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan, serta tidak mengerjakan apa-apa.

Menang dari ujian pertama ini berarti kita harus menjalankan tugas dengan penuh integritas, maksimal dan sampai selesai seperti kata Rasul Paulus pada Timotius, “Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik…” (2 TImotius 4:7).

Kedua: Masalah/Tantangan (Matius 25: 6-18). Masalah atau tantangan tidak dapat dihindari dalam perjalanan kehidupan sebagai umat Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa kita dipanggil bukan saja untuk percaya, tetapi juga untuk menderita. Hamba yang memiliki satu talenta gagal dalam ujian ini karena takut gagal. Ia takut menghadapi masalah saat menjalankan tugas dan tanggung jawab. Ia menimbun talent aitu dalam tanah. Sementara yang lain berani menghadapi masalah sehingga menghasilkan laba 100%.

Masalah bisa datang dari dalam diri kita sendiri, orang terdekat, orang lain bahkan dari Iblis. Harus kita ingat! Masalah adalah ujian kedua dari kesetiaan. Memang butuh keberanian dan Tuhan sudah mengaruniakan kepada kita umat-Nya. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekutatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7). Kita tidak bisa lari, menghadapi dengan kekuatan Tuhan Yesus yang Bersama umat-Nya akan membawa kita tampil sebagai pemenang dalam ujian kedua ini.

Ketiga: Waktu (Matius 25:15). Penyeban kegagalan melewati ujian ketiga ini adalah “Ketidaksabaran”. Alkitab menyatakan bahwa Saul ditolak menjadi raja Israel hanya karena ketidaksasbarannya menunggu Samuel datang untuk mempersembahkan korban bakaran. Saul melaksanakan tugas imam yang bukan tugasnya.

Kecenderungan manusia untuk cepat menyelesaikan sesuatu, cepat jadi, cepat sampai, cepat mendapatkan sesuatu atau instan, membuat kita tidak sabar menunggu waktunya Tuhan. Dan akhirnya mengambiil jalan pintas dengan melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Ketidaksabaran membuat gagal dari ujian ketiga ini. Padahal dalam kesabaran terdapat tiga unsur yang sangat menentukan kehidupan rohani, yaitu: orang yang sabar pasti memiliki pengendalian diri, pengampunan dan pengharapan.

Akhirnya, jadilah umat yang setia sesuai kerinduan Tuhan kita Yesus Kristus. Kerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita, tetap siap sedia dan berani menghadapi tantangan Bersama pimpinan Tuhan, dan Tetap sabar menanti waktu Tuhan yang indah bagi kita. Bersama Yesus Kristus Tuhan, kita pasti menang.

Judul: Ujian Kesetiaan

Penulis: Ronald Stevly Onibala, S.Th., M.Pd.K